Macam Macam Amanah

Posted on

Macam Macam Amanah itu seperti apa ya? Apakah anda sengaja mencari artikel yang berisikan macam – macam amanah maka saat ini anda sudah memilih halaman yang tepat.

Jika sebelumnya quipper pernah membahas mengenai jenis – jenis taubat, dan pada kali ini kami akan mengulaskan kepada anda semua mengenai macam – macam amanah dengan penjelasan yang tepat.

Jadi untuk anda yang sedang mencari tahu mengenai pembahasan ini sebaiknya anda membaca artikel yang kami sajikan ini sampai selesai ya.

Selamat membaca dan jangan lupa membaca artikel lainnya yang quipper.co.id sajikan pada halaman utama website kami ya.

Macam Macam Amanah

Macam Macam Amanah
Macam Macam Amanah

Berikut ini adalah beberapa macam mengenai amanah yang perlu anda ketahui, diantaranya :

Amanah Pada Sesama Manusia

Keluarga sama dengan kepercayaan, ibu, ayah, anak dan istri adalah ujian yang Allah tempatkan di pundak kita. Untuk menjaga kepercayaan tersebut kita harus takut kepada Allah.

Kita memiliki kewajiban untuk menjaga kesejahteraan iman diri dan dunia. Iman diri ini dapat mengarah ke kebaikan dan juga kejahatan.

Jadi arahkan iman diri kita kepada kebaikan. Ajari iman diri kita hal – hal yang dilarang Allah untuk dihindari. Karena itu adalah bukti bahwa kita melindungi iman diri dari api neraka.

Nabi berkata :

“Perintahkan anak – anakmu untuk berdoa ketika mereka sudah berusia tujuh tahun dan iklhaskan mereka jika mereka pergi ketika mereka berusia sepuluh tahun.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Kewajiban seorang ayah kepada anak – anaknya yaitu untuk mendidik dan melindungi. Serta memperkenalkan mereka hak – hak Allah dan kewajiban mereka kepada :

  • Nabi.
  • Al-Qur’an.
  • Iman kepada Allah.
  • Orang tua.
  • Kerabat.
  • Tetangga.
  • Guru.
  • Teman.
  • Dan kewajiban untuk mengurus urusan orang lain.

Ketika kita memenuhi kewajiban ini, maka kita benar – benar memenuhi kepercayaan itu. Namun ketika kita meremehkan kewajiban tersebut, maka kita justru menjadi pengkhianat.

Dalam bentuk melatih kepercayaan diri, orang yang terpelajar akan mengajar orang yang bodoh. Karena ilmupun ada di tangan pemiliknya yang amanah.

Tuhan membuat perjanjian untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Allah mengancam azab yang berat bagi orang yang menyembunyikan ilmu dari orang yang membutuhkan.

Nabi bersabda :

“Barangsiapa ditanya tentang ilmu kemudian menyembunyikannya, maka Allah akan menahannya dengan api neraka pada hari kiamat.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Pelayanan kepada masyarakat umum adalah amanah di tangan aparat pemerintah. Ketika kita terpilih sebagai abdi masyarakat, sudah menjadi kewajiban kita untuk mengabdikan diri kepada Allah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai bidang dan tugas kita.

Harus dipahami, bahwa kita bukanlah raja masyarakat, tetapi kita telah menjadi pelayan masyarakat. Allah pasti akan menuntut tanggung jawab di akhirat.

Oleh karena itu, setiap pejabat harus bertakwa kepada Allah atas amanah ini. Kita harus bekerja dengan jujur, tidak melebih – lebihkan atau bahkan meremehkan.

Kita sering mendengar pengkhianatan kepercayaan dalam bentuk korupsi, penyalahgunaan jabatan, perampasan harta asing secara sia – sia dan trik kotor lainnya. Sedangkan Allah mengancam dan menegur orang – orang Yahudi atas kutukan tersebut.

Allah berfirman :

“Dan kamu akan melihat bahwa kebanyakan dari mereka (Yahudi) terburu – buru untuk berbuat dosa, membenci dan makan secara haram. Nyatanya apa yang mereka lakukan sangat buruk. “(QS. Al-Ma’idah [5]: 62)

Ada banyak hadits yang menunjukkan perbuatan haram ini dan menjelaskan akibat buruk bagi pelakunya, di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir dari ‘Abdullah bim’ Umar.

Baca Juga :   Arti Baraka Allahu Lakuma

Nabi berkata :

Sesungguhnya Allah berfirman, “Allah memerintahkan orang – orang mukmin makanan yang baik dan memerintahkan Rasul untuk melakukan perbuatan baik. QS. Al- Mu’minun [23]: 51)

Dan perkataannya yang lain :

“Hai orang – orang yang beriman, makanlah kebaikan yang telah Kami berikan kepadamu…” (QS. Al-Baqarah [2] : 172)

Kemudian Nabi menceritakan kisah seorang laki – laki yang datang dari tempat yang jauh dengan rambut kusut dan penuh debu sambil mengangkat tangannya ke langit dia berkata :

Ya Robbi, Ya Allah, jika makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makan haram, lalu bagaimana doanya dikabulkan?” (HR.Muslim)

Hadits di atas menjelaskan dengan sangat jelas untuk memilih makanan yang baik dan halal. Karena jika Allah menolak doa kita, kepada siapa lagi kita akan meminta?

Amanah Pada Harta

Cinta emas dan perak telah menjadi fitur tak terelakkan dari kehidupan manusia sepanjang sejarah manusia. Emas dan perak selalu menghiasi kehidupan manusia dan membuat hidup lebih indah.

Allah berfirman :

“Indah bagi pandangan manusia adalah kecintaan terhadap segala yang diinginkan, yaitu : wanita, anak – anak, kekayaan (berbagai macam emas dan perak), kuda – kuda pilihan, ternak dan ladang. Nikmatnya hidup di dunia dan di sisi Allah (surga) sama. “(QS. Ali ‘Imran [3]:14)

Di sisi lain, harta juga merupakan batu ujian (fitnah jiwa manusia). Dalam sebuah hadits, Nabi berkata :

“Lihat apa yang kamu lakukan. Jadi waspadalah terhadap dunia dan juga wanita.” (HR.Muslim)

Beliau juga bersabda :

((إِنَّ لِكُلِّ الْمَالُ)) diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Hasan Shahih “Kejujuran dan kepercayaan menjadi kurang penting ketika dihadapkan pada ujian kepemilikan.”

Padahal, berkat harta dan pertolongan Allah akan mudah diperoleh melalui amanah. Rosululloh pernah bercerita tentang sebuah kisah kepercayaan yang harus menjadi contoh sepanjang masa.

Dia berkata :

“Ada seorang laki – laki dari Bani Israil yang ingin berhutang seribu dinar kepada salah seorang temannya.

Kata temannya :

“Siapa yang akan menjadi penjamin utang ini?”

Kata laki – laki Bani Israil :

“Cukuplah Allah sebagai penjamin.”

Kata temannya :

“Siapa saksi untuk hutang kamu kepadaku?”

Kata laki – laki Bani Israil :

“Cukuplah Allah sebagai saksi.” (Dia menjawab dengan tenang)

Kata temannya :

“Kamu benar.”

Dan kemudian dia menyerahkan seribu dinar yang disepakati. Lalu dia kembali untuk menyeberangi lautan.

Tak berapa lama laki – laki Bani Israil itu menunggu kapal agar bisa menyeberang untuk membayar hutang. Tapi dia tidak mengambil kapal sebagai tur.

Dia kemudian mengambil sepotong kayu dan menggali lubang di dalamnya lalu menginvestasikan seribu dinar bersama dengan surat kepada seorang teman.

Setelah itu, lubang ditutup rapat hingga rata. Dia membawanya ke laut dan berkata :

“Ya Tuhan, Anda benar – benar tahu bahwa saya berutang ini seribu dinar.”

Dia pernah meminta jaminan dan saya berkata :

“Cukuplah Allah sebagai penjamin.”

Dan dia senang dengan jawaban saya bahwa Allah sebagai saksi. Dan saya berusaha sangat keras untuk mendapatkan kapal itu sehingga saya bisa mendapatkannya kembali, tetapi saya tidak bisa. Dan sekarang aku percaya padamu, Ya Allah untuk sepotong kayu ini.

Jadi dia melemparkan tongkat itu ke laut sampai masuk dan lewat. Meski begitu dia berusaha mencari kapal untuk membawanya ke negeri temannya.

Pada hari yang sama, temannya sedang menunggu di seberang lautan jika ada kapal untuk memuat hartanya yang seribu dinar itu. Tiba – tiba dia melihat sepotong kayu berisi uang dan surat dan mengambilnya untuk kayu bakar.

Baca Juga :   Alat Transportasi Dalam Bahasa Arab

Ketika dia memotong kayu (dia kaget), ada harta (seribu dinar) dan surat di dalamnya. Beberapa waktu kemudian, seorang datang dengan membawa uang seribu dinar dan berkata meminta maaf sambil berkata :

“Demi Allah, saya mencoba mencari kapal untuk mengembalikan harta itu kepadamu, tetapi saya tidak bisa, baru sekarang saya bisa mendapatkan kapal.”

Temannya bertanya :

“Pernahkah kami mengirimi saya sesuatu di atas sebatang kayu?”

Dia kemudian menceritakan kisah itu dan kembali ke negaranya dengan seribu dinar dalam status kepemimpinan. “(HR. al-Bukhari)

Ibnu Katsir menceritakan kisah di atas ketika ia menjelaskan firman Allah dalam surat Ali ‘Imran, yang mengatakan :

Dan di antara mereka ada yang jika kamu mempercayakan dia dengan dinar tidak akan dikembalikan kecuali kamu selalu menagih…” (QS. Ali ‘Imran[3:75)

Perhatikan betapa jujurnya si laki – laki Bani Israil ini atas pertolongan Allah kepadanya. Bagaimana jika itu jatuh ke tangan orang lain atau tersesat dalam gelombang.

Lalu, yang lebih menarik lagi, ternyata Allah meridhoi ikhtiarnya agar dia bisa melunasi hutangnya pada tanggal yang disepakati, meski masih tetap memasukkan uang seribu dinar lagi ke dalam sakunya.

Dijelaskan di akhir cerita, “Di sanalah dia membawa uang seribu dinar dalam keadaan menerima petunjuk. “Berkah yang melimpah dan keuntungan yang berlipat ganda hanyalah berkah dari sifat amanah.

Ujian kekayaan dan kedudukan dunia bisa menimpa siapa saja, dan dalam posisi atau jabatan apa pun, di mana pun. Tapi bagi pengurus jabatan pemerintah atau yayasan, ujiannya jauh lebih berat.

Tidak jarang seorang pejabat atau pegawai menerima bingkisan dari seorang pelanggan yang menggunakan jasa untuk memberikan penghargaan sebagai tanda terima kasih.

Meskipun hadiah itu bersifat sukarela, namun hal itu tidak dapat dibenarkan. Karena hal itu sedikit banyak akan mempengaruhi kebersihan pegawai dalam menjalankan tugasnya.

Oleh karena itu pemberian yang diperoleh seseorang karena kedudukan atau kewenangannya itu dilarang menurut hukum Islam risywah.

‘Abdur Rahman bin Sa’ad as-Sa’idi berkata :

“Rosululloh pernah mengangkat seorang suku Azdi bernama Ibnul Lutbiyah sebagai pengumpul zakat.”

Ketika dia menyelesaikan tugasnya, dia berkata :

“Ini untukmu dan ini untukku.”

Kemudian Rasulullah naik ke mimbar, memuji dan memuliakan Allah dan kemudian berkata :

Sesungguhnya, saya telah menunjuk salah satu dari anda untuk melakukan pekerjaan yang Allah telah memerintahkannya kepada saya dan salah jika saya memberikan hadiah kepada orang – orang.

Tidak jarang menemukan seorang karyawan juga melakukan tugas – tugas tertentu terkait dengan perintah yang diterimanya dari perusahaan yang mengeksekusinya.

Faktanya, komisi yang diterimanya tidak lebih dari uang ilegal. Kadang – kadang, bahkan ketika dia berhasil menegosiasikan harga yang lebih rendah, dia percaya bahwa kelebihan pembayaran itu adalah keuntungan pribadinya.

Ternyata itu juga uang haram, jadi berhati – hatilah dan hindari uang haram seperti yang dianggap biasa dan lumrah saat ini!

Amanah Pada Majelis

Lingkup kewenangan ini termasuk melindungi apa yang perlu dilindungi dari majelis. Kepercayaan itu dapat digambarkan sebagai mandat dewan.

Misalnya, seorang pengkhotbah yang digunakan oleh pendengarnya untuk bertanya dan berkonsultasi tentang sesuatu yang bersifat pribadi dan rahasia harus menjaga kerahasiaan kasus tersebut.

Dia tidak diperbolehkan memberi tahu orang lain tentang rahasia si penanya. Jika dia memberitahukan kepada orang lain tentang hal itu, maka dia telah mengkhianati dan mencederai kehormatan seorang Muslim untuk dipertahankan.

Baca Juga :   Arti Barakallah

Contoh lain :

Seseorang yang dipercaya untuk memandikan jenazah seorang Muslim, jika dia melihat aib atau sesuatu yang tidak pantas dikatakan tentang jenazah, maka dia wajib menyembunyikan aib itu dan tidak menceritakannya kepada orang lain.

Dalam hal ini, ada fadhīlah keutamaan yang besar bagi orang yang memandikan jenazah, kemudian menyembunyikan apa yang perlu disembunyikan.

Tentang Abu Rafi, mantan budak Rasulullah, dia berkata :

“Barangsiapa memandikan mayat dan menyembunyikan rasa malunya, Allah akan mengampuninya empat puluh kali.” (HR. Al-Hakim)

Dalam hal menjaga kepercayaan majelis ini, itu adalah contoh yang baik dari para sahabat Rasulullah. Abdulloh bin Umar meriwayatkan bahwa Umar ketika putrinya Hafshah menjadi janda berkata :

“Saya pergi ke Osman bin Affan dan menawarinya Hafshah. Saya berkata :

“Jika anda suka, saya akan menikahkan anda dengan putri saya Hafshah.”

Utsman menjawab :

“Saya akan mempertimbangkan masalah ini.”

Setelah beberapa malam, Utsman datang kepada saya dan berkata :

“Sepertinya saya tidak ingin menikah saat ini.”

Jadi saya pergi ke Abu Bakrash-Siddiq dan berkata :

Jika anda mau, saya akan menikahkan putriku Hafshah. Tapi Abu Bakar diam dan tidak menjawab sepatah kata pun. Jadi aku lebih kesal dan marah padanya dari pada dengan Osman.

Jadi aku tinggal beberapa malam, lalu nabi meminta aku menikahi Hafshah. Jadi saya menikah dengan Hafshah.

Abu Bakar mendatangi saya dan berkata :

“Anda mungkin marah kepada saya ketika anda menawari saya Hafshah, tetapi saya tidak menjawabnya dengan sepatah kata pun.”

Saya menjawab :

“Ya! Kecuali saya mendengar Nabi disebutkan, saya tidak ingin membocorkan rahasia Rasulullah. Jika Nabi telah meninggalkannya, dia akan menerima Hafsa. “(HR. al-Bukhari)

Anas bin Malik berkata :

“Suatu hari, seorang Rasul Allah datang kepada saya ketika saya sedang bermain dengan anak kecil seusia saya. Dia menyapa kami dan mengirim saya untuk tujuannya.”

“Mengapa anda terlambat?”

Saya menjawab :

“Rasulullah telah sengaja mengirimku.”

Ibuku bertanya :

“Apa yang dia butuhkan?”

“Insiden itu terjadi ketika kaum Muslim mengepung benteng Yahudi Bani Quraidhah. Orang – orang Yahudi Bani Quraidhah di benteng mereka, pemimpin mereka Ka’ab mengundang para sahabat nabi, Abu Lubabah bin ‘Abdul Mundzir, untuk melihat kontribusi dan pendapat anda.

Abu Lubabah menerima undangan itu. Pada zaman kuno Yahili, orang – orang Yahudi Bani Quraidhah adalah sekutu Abu Lubaba dan kaumnya.

Pemimpin Yahudi itu bertanya kepadanya :

“Apakah kita harus menyerah kepada Muhammad dan menerima hukum yang akan dia terapkan pada kita?”

Abu Lubabah menjawab :

“Ya, tangan ke tenggorokan, seolah – olah untuk mengingatkan mereka bahwa hukuman yang akan mereka terima adalah pembunuhan.”

Amanah Pada Allah

Doa adalah amanah yang dituntut dari kita. Kita harus melestarikannya dengan menyempurnakan kondisi dan prinsipnya.

Semangat datang di awal waktu, mengunjungi kotamadya ‘khusyu’ dan hanya tunduk kepada Robbul ‘alamin. Kita perlu meningkatkan doa yang benar dan tenang selama ibadah.

Selain itu, kita juga harus berdoa seperti yang didoakan Rasulullah. Matahari terbenam juga merupakan bagian terpenting dari latar belakang.

Kami secara ajaib membayarnya setiap saat, hingga batas dan selama yang diperlukan. Baik itu properti, bisnis, pertanian, atau peternakan. Kita harus melahirkan jiwa yang baik dan sempurna, tanpa kehilangan siapapun.

Kita wajib memberikannya kepada orang – orang yang berhak atas fakir, miskin atau orang lain, sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya :

Orang – orang yang berhutang di jalan Allah dan kepada orang – orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai ketetapan yang dituntut oleh Allah. Dan Allah mengetahui segalanya, semuanya bijaksana. “(QS. At-Taubah [9]: 60)

Sekian.